Orang jujur yang bohong dan pembohong yang jujur

Saat manusia dikelompokkan sesuai judul pos ini, sekiranya apa reaksi pembaca (yang juga manusia)? Saya tidak tahu dan tidak peduli. Bisakah membedakan orang jujur yang bohong dengan pembohong yang jujur? Tidak mudah tetapi juga tidak sulit, semua kembali pada diri masing-masing.

Si X benci si Z dan juga sebaliknya, si Z benci si X. Lalu,  bagaimanakah cara si X dan si Z mengekspresikan kebencian mereka?

Jika bertemu si Z berkelakuan ramah pada si X, seperti si Z memperlakukan yang lainnya, tetapi itu sebenarnya hanya akting belaka. Sedangkan si X tidak menginginkan bertemu apalagi melakukan percakapan dengan si Z, tetapi jika terlibat percakapan tetap ditanggapi, cenderung membuat percakapan agar cepat selesai.

Dari ilustrasi (gambaran) di atas, akan diketahui:

Si Z termasuk orang jujur yang bohong. Ia jujur akan rasa bercinta (baca: benci, bercinta ndasmu), tetapi apa yang dilakukannya adalah kebohongan bagi si X.

Sedangkan si X berbohong bahwa dirinya peduli pada si Z, tetapi apa yang dilakukannya adalah kejujuran bahwa ia mencoba menghindari si Z.

Setelah membaca > Jangan kaku, santai saja..

Kertas jawaban ulangan saya dirobek

Yah.. kejadian tak terduga untuk hari ini. Kertas jawaban ulangan matematika saya dirobek. Masalahnya sepele, jawaban saya ngawur + hanya satu nomor yang diisi. Mungkin ini kejadian pertama kali untuk sejak SMA, sejak SMP, atau mungkin malah seumur hidup.

“Kamu niat sekolah, tidak!?,” seid da ticer (said the teacher).

Kalau diminta jujur, saya tidak sepenuhnya niat. Karena saya sejak awal tidak ingin di jurusan MIPA. Tetapi terlanjur sudah, saya harus adaptasi. Dari pelajaran-pelajaran MIPA, saya hanya dapat beradaptasi pada satu pelajaran yaitu Kimia, dikarenakan saya tertarik dengan Fisika Nuklir (meskipun namanya Fisika Nuklir, menurut saya sedikit lebih mengarah ke Kimia).

Berbicara tentang jurusan di SMA.. Di kabupaten tempat saya tinggal, sekolah yang membuka jurusan IBB sedikit sekali (ada dua setahu saya). Dan dua sekolah tersebut merupakan sekolah yang mereka sebut “sekolah favorit” (bagi saya semua sekolah itu sama).

Nilai MTK dan IPA saya waktu ujian nasional SMP dibawah 7, jadi tidak semudah itu untuk adaptasi. Lagipula saya merupakan tipe orang yang mempelajari sesuatu hanya jika saya tertarik untuk mempelajarinya, yang membuat semuanya semakin sulit dan berantakan.

Sekolah untuk apa, ya ?

Ada dua orang pelajar. Yang satu jujur saat ulangan (pelajar A), sedangkan yang lain cenderung tidak jujur (pelajar B). Dimulai dari si A mengingatkan si B dan akhirnya sampai pada masalah “Sekolah buat apa?”. Si A berpendapat bahwa sekolah untuk belajar.  “Belajar untuk apa?” Bagi si A, belajar untuk mencari ilmu. Sedangkan bagi si B, belajar tidak penting karena nilainya tetap saja jelek. Dan seterusnya..

Jadi.. saya setuju dengan pelajar A sajalah.