Iseng-iseng saya baca artikel Wikipedia berjudul “Philosopher”. Iseng-iseng saya baca tentang Al Ghazali. Iseng-iseng saya coba berfilsafat secara Islami. (Masih) Iseng-iseng (juga) saya tulis hasil pemikiran saya.
Allah SWT adalah sebab atas segala sesuatu, (istilah kerennya Aristoteles) “penggerak yang tidak digerakkan”. Dalam hal ini, saya coba hubungkan dengan konsep “Kehendak Kuasa” Nietzsche. Maka, kehendak adalah milik Allah SWT. Kehendak ini dicoba pahami oleh saya sebagai sesuatu yang tidak terbatas pada manusia. Dari pelajaran agama yang pernah saya dengar, Adam (manusia) hanya diberi (sebagian) pengetahuan dari Allah SWT. Merujuk ke Arkeologi-Genealogi Foucault, Kehendak memungkinkan adanya pengetahuan dan kekuasaan dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Saya berspekulasi bahwa manusia tidak memiliki kehendak, tetapi memiliki semacam ilusi kehendak. Diberinya manusia pengetahuan menyebabkan manusia memiliki kekuasaan. Kekuasaan dan pengetahuan manusia memberi ilusi kehendak, padahal ia tidak memilikinya. Kehendak adalah milik Allah SWT. Allah SWT sebagai pencipta segala sesuatu (tentu saja selain diri-Nya) memberi (opsi) ‘tujuan utama’ pada manusia, yaitu menyembah Allah SWT, berdasarkan suatu konsepsi-Nya atas kebenaran. Namun, dengan pengetahuan dan kekuasaan, manusia dapat menciptakan tujuan-tujuan atau makna-makna hidup yang lain yang berbeda atau bahkan berlawanan. Inilah mengapa ada keberagaman dalam pilihan-pilihan hidup manusia. Dan disinilah, manusia diuji keimanannya.
Sekian.