Setelah beberapa waktu tidak bermain, aku kembali mencoba memainkan Touhou dan kebetulan versi yang aku mainkan adalah versi 14, atau nama lengkapnya Touhou Kishinjou (Shining Needle Castle) ~ Double Dealing Character yang ceritanya memiliki latar pemberontakan kelompok youkai lemah (youkai = istilah yang merujuk ke berbagai macam makhluk supernatural yang biasanya ada di cerita rakyat masyarakat Jepang) . Pemberontakan ini merupakan sebuah balas dendam kelompok tertindas yang melibatkan perebutan kekuasan politik dari kelas penguasa untuk menggulingkan tatanan masyarakat. Di sini, namun, aku barangkali akan lebih banyak mengambil referensi dari Touhou Wiki, terutama untuk mengakses salinan percakapan tertulis yang ada di permainannya. Aku juga akan memasukkan beberapa hal yang aku temukan di versi 14.3-nya, Danmaku Amanojaku ~ Impossible Spell Card. Sebagai catatan, aku hanya akan mengambil cerita inti dan mengabaikan keragaman alur yang diakibatkan oleh pilihan karakter dalam permainan. Selain itu, aku mencoba menghadirkan beragam interpretasi yang mungkin dengan membawa kemari juga beberapa cerita karya penggemar untuk dijadikan pertimbangan. LOTS OF SPOILER ALERT

Kisah latar belakang
Jauh di masa lalu, seorang dari spesies bertubuh kecil (inchling) bernama Issun-Boushi mengalahkan satu oni (semacam setan) dan mendapatkan hartanya, yaitu “Miracle Mallet” (Palu Ajaib). Alat ini dikatakan dapat mengabulkan semua permintaan. Issun-Boshi tahu bahwa ia harus menggunakan alat ini secara hati-hati karena alat ini merupakan kepunyaan oni. Oleh keturungan-keturunan setelahnya, alat ini digunakan untuk menciptakan sebuah istana dan berkuasa atas orang-orang. Ketika kekuatan alat ini habis, istana ini tenggelam ke dalam bumi, membawa bersamanya seluruh ras ‘orang kecil’. Menyadari kesalahan ini, orang-orang kecil yang tersisa menyegelnya sekali lagi. Dalam perjalanan waktu, kisah tentang Miracle Mallet akhirnya terlupakan.
Adalah Seija Kijin, satu amanojaku (sejenis youkai yang dapat memprovokasi orang dan mengajak pada keburukan, sejenis arwah dari kontradiksi dan kesesatan) yang berkeinginan menggunakan alat ini untuk menggulingkan tatanan yang ada di Gensokyo (nama dari dunia dalam permainan yang memiliki arti “tempat fantasi”). Ia menggunakan seorang putri dari ras orang kecil yang tidak tahu apapun mengenai Miracle Mallet, Shinmyoumaru Sukuna karena hanya orang-orang kecil yang mampu menggunakannya. Seija meyakinkan Shinmyoumaru dengan menceritakan sejarah palsu tentang bagaimana youkai di Gensokyo merendahkan orang-orang kecil pada masa lalu.
Amanojaku melawan dunia
“Nobody would benefit… you say? None of you understand how much we, the weak, have been oppressed.”
(Tidak ada yang diuntungkan… kau bilang? Tidak ada satupun dari kalian yang mengerti seberapa buruknya kami, yang lemah, telah ditindas.)
– Seija Kirin menanggapi Reimu yang menyatakan pergolakan sosial semacam ini tidak bermanfaat bagi siapapun dalam rute Reimu B
Masalah amanojaku sebenarnya terletak pada kemampuan kontradiktif dalam diri mereka. Dalam kasus Seija, segalanya adalah kebalikan, segalanya terjungkirbalikkan. Yang bagi orang-orang hal baik, itu adalah hal yang buruk bagi Seija. Seija menyukai hal-hal yang dibenci orang-orang. Dia sedih melihat seseorang bahagia. Ini membuatnya tidak disukai, tetapi tidak disukai tentu membuat dirinya bahagia. Ketika sekutu-sekutunya meninggalkannya dan berbalik memusuhinya, dia tidak mempermasalahkannya. Kondisi Seija yang seperti ini membuat dirinya sangat tidak masuk akal. Barangkali kenyataan baginya adalah skizofrenik. ‘Kegilaan’ ini digambarkan dengan baik oleh Uu Uu Zan dalam komik karya penggemarnya yang judulnya mengambil dari judul salah satu musik latar belakang dalam permainan, Reverse Ideology (tautan baca ke terjemahan bahasa Inggris di Dynasty Reader, tidak dapat diakses melalui IP lokal). Komik tersebut terbagi dalam dua cerita yang kontradiktif sepenuhnya. Ketika membacanya, kamu akan dihadapkan pada pertanyaan bagian cerita mana yang benar dan yang salah, mana yang kebenaran nyata dan mana yang merupakan hasil penjungkirbalikan dari itu.
Penghuni-penghuni Gensokyo, termasuk juga media massa mereka yang ikut menyebarkan pandangan yang ideologis, melihat Seija sebagai satu pemberontak yang akan menciptakan kekuasaan bagi dirinya sendiri atas semua orang. Bias yang nyata dari pandangan ini adalah bahwa mereka mengabaikan kondisi yang tidak biasa yang dialami Seija. Sebenarnya cukup sulit memahami posisi Seija karena kita tidak bisa memastikan kapan dia menjadi dirinya sendiri kapan dia ‘dibelokkan’ oleh kemampuannya sebagai amanojaku. Misalnya, ketika dia menyatakan dirinya sebagai golongan yang tertindas dan melakukan perlawanan, apakah itu pembelokan dari hasrat berkuasa atau ada dasar yang dapat membenarkannya? ‘Kegilaan’ yang dia alami tidak memungkinkan kita memahami kondisinya dengan (hanya) mendasarkan pada pikirannya, kata-katanya. Maka, kita perlu memandang masalahnya dengan pendekatan yang lebih materialis (meskipun ini adalah dunia fantasi supernatural). Tetapi, bagaimana caranya?
Kenyataan bahwa bukti-bukti yang kita miliki hanyalah salinan percakapan tertulis, tidak berarti segalanya hanyalah dunia ide karena segala percakapan ini terikat pada konteks. Coba amati percakapan antara Seija dan Sakuya dalam rute Sakuya B!
Seija: Do you want to become stronger? (Kau ingin menjadi lebih kuat?)
Sakuya: Well… I suppose so. (Yah.. aku rasa iya.)
Seija: Then become my ally. We are a force of resistance. We will re-draw the political borders of Gensokyo! (Kalau begitu jadilah sekutuku. Kami adalah sebuah kekuatan perlawanan. Kami akan menggambar ulang batas-batas politis Gensokyo!)
Sakuya: A resistance force!? Well, well… I think I just overheard something important. (Sebuah kekuatan perlawanan!? Wah, wah… Aku pikir aku baru saja secara kebetulan mendengar sesuatu yang penting.)
Seija: So? Will you join our cause? (Jadi? Akankah kau bergabung dengan pergerakan kami?)
Sakuya: Unfortunately, I am already attached to another political power. To me, a resistance force means a revolt against us. I never had the choice of becoming your ally from the start. (Sayang sekali, aku sudah terikat pada kekuatan politis lain. Bagiku, sebuah kekuatan perlawanan berarti sebuah pemberontakan melawan kami. Aku tidak pernah memiliki pilihan menjadi sekutumu sejak awal.)
Seija: I see… That is unfortunate. If none of you can imagine how much we, the weak, have been oppressed… Then… In this inverted castle where everything is turned upside-down, I’ll give you a taste of the humiliation the weak have suffered! (Begitu ya… Sayang sekali. Jika tidak ada dari kalian dapat membayangkan seberapa buruk kami, yang lemah, telah ditindas… Maka… Di istana yang terbalik ini di mana semuanya terjungkirbalikkan, aku akan memberimu rasa dari penghinaan yang kaum lemah rasakan.)
Percakapan ini terjadi pada posisi waktu yang sama dengan kutipanku atas Seija yang sebelumnya. Dari dua kutipan ini, aku ingin menunjukkan bahwa dua tokoh yang mendapat posisi protagonis ketika kita memainkan permainan ini, Reimu dan Sakuya (ada satu lagi bernama Marisa) telah memiliki kedudukan dalam peta politik di Gensokyo yang maka kehadiran pergerakan perlawanan adalah sebuah ancaman bagi ‘ketertiban’ yang ada (yang menguntungkan bagi mereka). Apalagi, pergerakan ini dimulai oleh satu amanojaku, kelompak youkai yang dipandang lemah, rendahan, dan hina di dalam hierarki sosial penghuni-penghuni Gensokyo (kecuali satu amanojaku bernama Sagume Kishin yang merangkap sebagai “dewi” di permainan versi lain). Betapa memalukan dan menghinakannya, jika pergerakan pemberontakan ini berhasil, bagi mereka yang selama ini memiliki kekuasaan, kelas-kelas penguasa itu. Ini juga menjelaskan kenapa dalam permainan versi 14.3-nya, ada mobilisasi besar-besaran untuk menghancurkan pergerakan perlawanan ini, hanya untuk mengalahkan satu amanojaku. Peraturan-peraturan yang membatasi diperbolehkan untuk dilanggar jika itu ditujukan untuk menangkap/mengalahkan Seija. Barangkali ini adalah momen di mana kelas-kelas penguasa demi mempertahankan posisi mereka berubah menjadi fasis.
Selain Seija dan Shinmyoumaru, tiga karakter lain yang terlibat pemberontakan secara tidak langsung atau lebih tepatnya memanfaatkan pergolakan sosial ini untuk kepentingan mereka mempertahankan kebebasan baru yang mereka dapat adalah Raiko Horikawa, Benben Tsukumo dan Yatsuhashi Tsukumo. Ketiganya adalah tsukumogami (sejenis youkai yang bangkit dari alat atau objek yang ditinggali satu dewa) yang mendapat kekuatan aneh dan perasaan mendendam dikarenakan penggunaan Miracle Mallet oleh Shinmyoumaru. Mendapat kekuatan baru ini, Benben dan Yatsuhashi mencoba melakukan penggulingan masyarakat seperti yang Seija lakukan demi pembebasan semua alat-alat, terutama mereka yang memiliki pengalaman tertindas. Di sisi lain Raiko lebih memilih untuk mencari cara agar kemerdekaan dan kekuatan barunya dapat dipertahankan sekaligus membangun kerja sama dengan tsukumogami-tsukumogami lainnya untuk menciptakan sebuah surga di mana alat-alat dapat hidup bebas/merdeka. Melihat penggunaan alat-alat yang sembarangan oleh Seija, mereka bertiga nantinya bergabung dengan dunia melawan Seija.

Shinmyoumaru yang bersimpati dan Seija yang (barangkali) mulai korup
Shinmyoumaru yang sempat ditangkap (merujuk ke akhir cerita permainan versi 14) meskipun telah menyadari kenyataan yang ada, masih memiliki simpati pada Seija. Shinmyoumaru mencoba meyakinkan Seija untuk berhenti dan menyerahkan Miracle Mallet kepada dirinya karena posisi Seija yang semakin terpojok dan ketidakmauan Shinmyoumaru memusuhi youkai di Gensokyo. Tetapi, Seija bersikeras untuk melawan dunia sebagai amanojaku. Hal ini dapat diketahui dari percakapan di antara mereka di dalam permainan versi 14.3 pada hari ke-8 adegan 1 sebagai berikut
Shinmyoumaru: Hey, Seija. Isn’t it about time for you to give them back?
The mallet’s remaining power, that is. (Hei, Seija. Bukankah ini sudah waktunya kamu mengembalikannya? Kekuatan yang tersisa dari Mallet itu, kau tahu.)
Seija: Eh? What are you talking about? It’s only just begun—the true social upheaval. (Eh? Apa yang kau bicarakan? Ini baru saja dimulai — pergolakan sosial yang sesungguhnya.)
Shinmyoumaru: Uhhh… Unfortunately… Upheaval is impossible at this point. We’ve already lost this fight. (Uhhh… Pergolakan tidaklah mungkin lagi pada titik ini. Kita telah kalah dalam pertarungan ini.)
Seija: Even if you complain… There’s nothing to worry about.
As long as we have at least this much cheating power, we can put the youkai throughout Gensokyo under our control at any time. (Sekalipun kamu mengeluh… Tidak ada apapun untuk dikhawatirkan. Selama kita memiliki kekuatan mencurangi [dari alat-alat ini] setidaknya sebesar ini, kita dapat meletakkan youkai di seluruh Gensokyo di bawah kendali kita kapanpun.)
Shinmyoumaru: It’s all right, it’s all right, now. Let’s just surrender. I’m not going to antagonize the youkai of Gensokyo. (Tidak apa-apa, tidak apa-apa, sekarang. Kita menyerah saja. Aku tidak akan memusuhi youkai di Gensokyo.)
Seija: I appreciate the offer, but… Nope! I ain’t surrendering to nobody. (Aku menghargai tawaranmu, tetapi… Tidak! Aku tidak akan menyerah pada siapapun.)
Shinmyoumaru: Well, I figured you’d say that. In that case, I’ll make you return that power to me. By the way, in case you were going to resist~ I told e-very-one to seriously try and capture you. Like the saying, “a live dog is better than a dead lion,” right? (Baiklah, aku menyadari kamu akan berkata demikian. Oleh karena itu, aku akan membuatmu mengembalikan kekuatan itu padaku. Ngomong-ngomong, seandainya kamu mencoba melawan~ Aku sudah bilang pada se-mu-a o-rang untuk sunguh-sungguh mencoba dan menangkapmu. Seperti pepatah, “anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati,” benar?)
Seija: No matter who’s after my life, I have no reason to return this wonderful power. For I am Seija. An amanojaku since birth! (Tidak peduli siapa yang mengincar nyawaku, aku tidak memiliki alasan untuk mengembalikan kekuatan menakjubkan ini. Karena aku adalah Seija. Seorang amanojaku sejak lahir!)
Di titik ini, aku merasa (curiga) Seija mulai menjadi semakin tidak stabil (meskipun dari awal dia sudah sangat tidak stabil atau katakanlah ‘gila’). Sebagai amanojaku, menjadi musuh dunia tentu saja adalah sesuatu yang menyenangkan. Dalam hal ini, akhir cerita dari permainan ver 14.3 tidak memberi tahu kita apapun tentang apa terjadi pada Seija. Jadi, bagaimana nasib Seija pada akhirnya tidak diketahui.
Mengenai Seija sebagai amanojaku, ada sebuah komik karya penggemar (18+) oleh Hisame* berjudul Little Happiness (terjemahan bahasa Inggris di The Yuri Reader!) yang menghadirkan pandangan berbeda mengenai kondisi emosionalnya, lebih positif daripada yang aku gambarkan di atas. Menurutnya, kemampuan konradiktif amanojaku sebenarnya merupakan sifat kecenderungan (yang kuat) sehingga Seija meskipun tidak bisa menghilangkan kecenderungannya berpikir berkebalikan, ia masih memiliki kontrol atas emosinya sampai tingkat tertentu.
Pandangan yang berada di tengah antara kegilaan dan ketidakstabilan (dan kelicikan) ditunjukkan oleh Schichil dalam komik komedi karya penggemarnya berjudul Vector Spectacle (terjemahan bahasa Inggris di Dynasty Reader, tidak dapat diakses denga IP lokal) di mana Seija adalah buronan yang tidak memiliki apa-apa lagi dan hanya kabur dari satu tempat ke tempat lain dst. Seija sekalipun memiliki kesadaran, hampir tidak pernah dapat berpikiran positif dan akan melakukan apapun untuk tujuannya mengubah posisinya dalam hierarki sosial, misalnya dalam kasus Shinmyoumaru, ia mencoba membohongi, merayu, memanfaatkan perasaan cinta Shinmyoumaru lagi untuk mendapatkan kekuatan Miracle Mallet.
Yang menarik dari karya Schichil adalah bagaimana Shinmyoumaru atas keputusan sendiri berpihak lagi pada Seija dan dengan berbagai usaha yang menemui kesulitan mencoba mengubah Seija menjadi orang yang baik. Tentu ada konflik yang hebat terjadi di kepala Seija. Sebagai amanojaku, segala hal baik yang ditunjukkan dan diajarkan oleh Shinmyoumaru sesuatu yang tidak masuk akal atau aneh. Apalagi, ada dorongan dalam diri Seija yang tidak bisa berhenti memikirkan Shinmyoumaru, seorang kawan lama dalam perjuangan yang bertemu kembali dan seorang yang mau mempercayainya sepenuhnya. Seija dapat berubah, tetapi sebuah konsekuensi yang nyata. Kini, Seija tidak lagi dapat melihat Shinmyoumaru sebagai alat, tetapi sebagai orang yang berharga. Dalam posisi yang sungguh-sungguh terpojok sebagai buron, ia lebih memilih membiarkan Shinmyoumaru diambil pergi oleh musuh-musuhnya, namun, bisa hidup daripada bertarung bersama dengan risiko dia kehilangan Shinmyoumaru.
Penutup: revolusi yang gagal
Satu amanojaku melakukan pemberontakan yang hampir menggulingkan tatanan dunia. Tidak ada lagi harapan untuk revolusinya berhasil. Tetapi, itu ada artinya, bukan?