Anime Princess Principal dan Narasi Politik Kelas Buruh

Gambar 1. Revolusi London.

Pada abad ke-20, Kerajaan Albion memonopoli suatu zat yang disebut “Cavorite” untuk membangun sebuah armada angkatan udara yang besar. Ini menjadikan Albion sebagai kekuatan yang dominan di dunia. Proletariat di Albion, namun, marah karena kelas penguasa di negara mereka tidak mempedulikan keadaan buruk yang dialami oleh mereka. Ini menimbulkan “Revolusi London” di mana kelas-kelas bawah mencoba menggulingkan keluarga kerajaan. Kedua sisi menemui jalan buntu dan sebuah tembok besar dibangun di tengah kota London yang memisahkan Albion menjadi dua negara: Persemakmuran dan Kerajaan.

Beberapa tahun berlalu, Persemakmuran melancarkan “Operasi Changeling”, sebuah rencana untuk menggantikan Putri Charlotte dari Kerjaan dengan Ange, seorang gadis yang begitu mirip dengannya untuk mendapatkan agen yang memiliki posisi tinggi di keluarga kerajaan. Namun, Putri membalikkan rencana ini, menawarkan diri bekerja sama dengan Persemakmuran jika Ange dan teman-temannya membantu Putri menjadi Ratu Kerajaan. [1]

Princess Principal merupakan animasi yang cukup diapresiasi karena penggambaran kehidupan agen intelijen/mata-mata yang bagus dan hubungan yuri antarkarakter dalam cerita. Aku sendiri dulu menonton ini karena potensi yuri-nya :3. Kini, aku yang lebih sadar politik menemukan bahwa cerita dalam anime ini memiliki narasi yang berkaitan erat dengan politik kiri. Selain plot dari cerita anime ini sendiri (yang tertulis di paragraf pertama) yang menunjukkan keterkaitan cerita dengan revolusi kelas buruh, aku menemukan diriku, teringat bukunya Friedrich Engels berjudul The Condition of the Working Class in England (Indonesia: Kondisi Kelas Buruh di Inggris) ketika menonton anime ini (meskipun yang digambarkan di anime ini tidak sedetail yang dituliskan di buku tersebut). Aku menuliskan di sini hal-hal yang aku temukan dan di akhir aku akan memberi pendapat mengenai seri movie lanjutan dari anime ini yang bagian pertamanya akan rilis pada April mendatang. PERINGATAN: BANYAK BOCORAN CERITA

Penggambaran Kehidupan Kelas Buruh di Kerajaan Albion

Gambar 2. Kelas pekerja era Victorian. (coba cari gambar kelas pekerja era victorian di internet untuk dibandingkan, misalnya yang satu ini)

Anime ini mengambil durasi yang tidak begitu banyak untuk menggambarkan pengalaman-pengalaman kehidupan rakyat buruh jelata (dan lumpenproletariat). Di episode ke-6, Dorothy, seorang mata-mata dari (negara) Persemakmuran, diberi tugas untuk mengambil sandi Kementerian Luar Negeri (negara) Kerajaan yang disembunyikan di dalam tubuh mayat penghubung (pesan) di sebuah kamar mayat sebelum suruhan dinas intelijen dari Kerajaan menemukannya. Ayah Dorothy adalah orang suruhan tersebut. Darinya, Dorothy mendapat informasi mengenai ciri-ciri mayat penghubung tersebut. Ayah Dorothy menerima pekerjaan ini karena ia dijanjikan bayaran tinggi yang mana uang yang akan ia dapat akan digunakan untuk melunasi hutang dan keluar dari kehidupan menyedihkannya rakyat jelata. Orang-orang yang bekerja di kamar mayat itu adalah orang-orang dewasa baik perempuan dan laki-laki. Beberapa sudah berumur tua. Setiap orang memiliki alasan masing-masing untuk bekerja di sana. Ada, misalnya, bekas tentara, yang telah membunuh banyak orang dan kehilangan semua kawan-kawannya dahulu, bekerja di sini memberinya ketenangan. Ada pula yang hanya ingin mencari tempat sunyi, tidak diganggu oleh hiruk-pikuk dunia.

Reuni antara Dorothy dan ayahnya tidaklah menyenangkan pada awalnya dan berakhir menyedihkan. Ayah Dorothy dulu, sewaktu Dorothy masih kecil, adalah seorang teknisi uap yang handal. Karena kecelakaan, ia mengalami cedera dan itu mengubah dirinya. Ia menjadi membenci orang-orang disekitarnya, iri pada mereka. Ia melemparkan segala masalahnya pada orang lain. Ia juga tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Dorothy sering dipukuli ayahnya sampai babak belur, lalu setiap kali selesai memukulinya, ayahnya menangis dan meminta maaf. Ibunya telah pergi meninggalkan keduanya dahulu karena perilaku ayahnya. Dorothy kabur ke Persemakmuran dan pada hari yang sama revolusi terjadi sehingga keduanya tidak lagi hidup bersama untuk waktu yang lama. Hubungan antara Dorothy dengan ayahnya sebenarnya membaik sampai akhir cerita episode ke-6. Dorothy senang ketika mengetahui ayahnya yang dipukuli penagih hutang mau membela Dorothy ketika ditawari untuk menukar Dorothy dengan pelunasan hutang sekaligus bunganya dan ketika menjanjikan akan membelikan pakaian bagus setelah mendapat bayaran dari pekerjaan tersebut. Sayangnya, ayah Dorothy hanya ditipu. Ia dibunuh ketika meminta bayaran atas pekerjaannya mencari sandi rahasia tersebut, yang telah disalin oleh Dorothy sebelum diberikan kepada ayahnya.

Gambar 3. Anak-anak perempuan pekerja di pabrik pencucian.

Pada episode ke-7, cerita berlatar di industri pencucian (laundry) yang mana pekerja-pekerjanya adalah anak-anak perempuan. Pekerja anak-anak ini tidak mendapat perlakuan buruk, meskipun bos mereka memiliki kemampuan manajerial yang sangat buruk dan pelit. Apa yang penting dari episode ini barangkali adalah setereotip gender dalam pembagian kerja dan swakelola oleh pekerja. Misalnya, semua pekerja tambang dan tentara adalah laki-laki. Pekerjaan mencuci dilakukan oleh perempuan. Seorang tentara laki-laki yang menjadi target dari mata-mata Persemakmuran mencuci sendiri pakaiannya, untuk menghilangkan bekas gas saraf dari seragam tentaranya, dan diejek seorang dari tentara karena kebiasaan mencucinya. Bagian menariknya adalah, mendekati akhir episode, Putri Charlotte, seorang putri Kerajaan yang merangkap menjadi mata-mata Persemakmuran, menyerahkan industri pencucian yang telah ia beli dari bos sebelumnya untuk dikelola oleh anak-anak perempuan sendiri. Atas dasar keputusan bersama antara anak-anak yang bekerja di industri tersebut, salah satu anak yang paling tua dan mahir ditunjuk menjadi manajer.

Gambar 4. Julie, seorang anak perempuan pencopet.

Pada episode ke-8, Ange, seorang mata-mata Persemakmuran yang berada dalam satu tim “Principal” (menurut dinas intelijen Persemakmuran) /”Merpati Putih” (nama yang mereka tentukan sendiri) dengan Dorothy, Putri Charlotte dan dua anggota lainnya, yang sedang melakukan misi pengawasan dengan kedok melukis di taman melihat seorang anak pencopet bernama Julie. Julie adalah seorang anak perempuan yatim piatu yang dipekerjakan secara paksa sebagai pencopet oleh seorang pria miskin. Ange membantu Julie dengan memberitahu Julie cara mencopet yang efektif. Pada kesempatan lain, untuk mendukung misinya, Ange meminta Julie untuk mencopet seseorang yang menjadi target pengawasannya. Setelah misinya selesai, Ange mendatangi tempat tinggal pria yang mempekerjakan Julie dan empat anak lain, melemparnya keluar ketika pria itu sedang menyakiti anak-anak tersebut. Di luar dugaan, Ange memberi sebuah surat pengantar untuk sebuah panti asuhan di Stanford Hill kepada Julie, memintanya pergi ke sana. Ketika ditanya Julie kenapa Ange melakukan semua ini untuknya, Ange mengatakan ini sebagai tanda terima kasih karena telah mau membantu Ange. Meskipun apa yang diminta Ange gagal dilakukan oleh Julie, hal tersebut telah cukup membantu bagi Ange.

Revolusi Kelas Buruh dan Putri Yang Ingin Menjadi Ratu Terakhir Kerajaan

Gambar 5. Mayor Yngwie.

Di episode akhir, ada sebuah upaya revolusi oleh sekelompok tentara kolonial di Kerajaan yang merasa negara-negara kolonial telah ditindas oleh Kerajaan. Berikut pernyataan Mayor Yngwie, seorang yang bertanggung jawab atas atau menjadi pemimpin upaya revolusi ini, tentang hal tersebut.

“Koloni diperintah oleh Kerajaan, dan sementara kebanyakan dari mereka adalah tenaga kerja, namun mereka hanya diberi sedikit hak asasi manusia. Wajar jika mereka marah. Tuan Putri Charlotte, saya bersumpah revolusi ini akan berhasil.” (semua kutipan percakapan merupakan terjemahan Bahasa Indonesia yang diperoleh dari LoliSekaiSubs.)

Mayor Yngwie juga menyatakan bahwa buruh-buruh bangunan, yang membangun gereja baru kerajaan di mana gedung itu akan diruntuhkan ketika keluarga kerajaan dan bangsawan-bangsawan menghadiri sebuah upacara doa di sana, ada di pihaknya. Dinas intelejen Persemakmuran juga ikut membantu. Sebelumnya, ada intrik antara ‘orang-orang di atas’ di Persemakmuran dan akibatnya dinas intelijen Persemakmuran dikuasai oleh orang-orang dari militer. Sejak awal, revolusi ini telah diperkirakan oleh Persemakmuran akan gagal. Meskipun begitu, orang-orang militer di Persemakmuran melihat ini cara efektif untuk menimbulkan perang sipil di Kerajaan.

Tim “Principal” dirombak sepenuhnya, meninggalkan Ange dan Putri Charlotte dibawah pengawasan ketat mata-mata lain. Ada konflik antara Ange dan Charlotte. Yang pertama ingin keduanya melarikan diri ke Casablanca, yang terakhir ingin melanjutkan ambisinya menjadi ratu untuk mengubah negaranya. Ange tidak ingin membunuh Charlotte sebagaimana ia ditugaskan untuk melakukan itu, sementara Charlotte telah bertekad untuk mendapatkan kekuasaan dan mengubah tatanan sosial yang tidak adil ini sehingga tidak ingin meninggalkan Kerajaan. Di bawah pengawasan di mana hanya salah satu dari mereka yang dibolehkan hidup, Charlotte meninggalkan Ange, kembali ke Kerajaan. Ange nantinya menyadari bahwa tindakan Charlotte bertujuan untuk menghindarkan Ange dari pengawasan dan kembali ke Kerajaan untuk menyelamatkan Charlotte yang berada di bawah ancaman kematian jika mencoba menghalangi upaya revolusi.

Charlotte sebenarnya bersimpati pada orang-orang yang ingin melakukan revolusi tersebut, memahami perasaan mereka dan Charlotte sendiri mendapat kepercayaan sebagai ratu baru bagi mereka yang memberontak, tetapi ia mencoba beberapa kali meyakinkan Mayor Yngwie sebelum revolusi dilancarkan untuk mempertimbangkan kembali jalan yang ia pilih. Pada detik-detik terakhir sebelum langit-langit gereja diruntuhkan, Charlotte berhasil meyakinkan Mayor Yngwie untuk membatalkan upaya revolusi, menyatakan bahwa dirinya akan menjadi ratu terakhir dan berakhir di guillotine. Berikut adalah percakapan yang terjadi pada adegan tersebut.

Charlotte: “Kau tidak boleh meruntuhkan langit-langitnya! Jika kau memulai revolusi melalui pertumpahan darah, maka seseorang pasti akan memulai revolusi baru untuk membenarkan kesalahanmu!”

Mayor: “Tuan putri, negara ini sudah rusak. Kami akan mengambil tindakan, memusnahkan hirarki sosial!”

Charlotte: “Aku paham perasaannmu! Karena itu aku bersumpah padamu, saat aku menjadi ratu, aku akan mengubah negara ini!”

Zelda: “Mayor. Jangan dengarkan dia. Kau sudah-“

Mayor: (memberi isyarat tangan untuk menghentikan Zelda berbicara) “Tuan putri. Sumpah yang Anda buat barusan berarti penyangkalan terhadap posisi Anda sendiri. Apakah Anda mampu mengubah negara ini?”

Charlotte: “Iya. Lalu sepertinya aku akan menjadi ratu terakhir. Kemungkinan aku akan berakhir di guillotine.” (Mayor dan beberapa tentaranya yang berjaga di sekitar tercengang.)

Mayor: “Kenapa Anda..” (Zelda segera menembak kaki Charlotte untuk mencegahnya berbicara. Charlotte menjerit kesakitan.) “Zelda! Apa yang kau-“

Zelda: “Jangan dengarkan kebohongannya. Revolusi ini bukan lagi hanya kehendakmu seorang.”

Charlotte: “Aku.. sudah berjanji.. Saat revolusi memisahkan temanku dariku.. aku berjanji akan membuat impiannya terwujud! Mungkin aku seorang penipu, tapi melihat negara ini selama 10 tahun terakhir, aku sadar. Bukan hanya kita. Begitu banyak orang di negara ini yang terpisah satu sama lain oleh dinding yang tak terlihat. Saat dia bilang ingin menyingkirkan Tembok, aku tidak tahu apa maksudnya. Jika itu bermaksud menghilangkan semua rasa sakit dan kesedihan, aku sangat ingin hal itu terwujud. Tapi aku merebut kesempatannya! Jadi sebagai gantinya, aku bersumpah akan mengubah negara ini!

Zelda: “Tuan putri. Jika Anda mengoceh hal yang tidak jelas, akan kubunuh sekarang.”

Mayor: (Membelakangi Charlotte. Menghalangi Zelda dari menembak Charlotte.)”Jangan! Negara ini membutuhkan beliau! Tolonglah, Zelda. Beri kami sedikit waktu. Sekarang kita masih bisa mencoba mencari tahu jika ini adalah solusi yang terbaik.”

Zelda: “Benarkah?” (menembak Mayor.)

Zelda adalah seorang mata-mata Persemakmuran yang ditunjuk menjadi ketua baru tim Principal dan mengawasi Ange dan Charlotte. Melihat pembelokan keadaan dari rencana, Zelda harus mengambil alih peran percobaan pembunuhan keluarga kerajaan. Ange dan anggota tim Principal lain yang asli (dalam artian sebelum dirombak) berhasil menyusup ke gereja dan menyelamatkan Charlotte. Zelda dapat melarikan diri, tetapi upaya revolusi dapat digagalkan sebelum dimulai. Setelah ini, intrik antara ‘orang-orang di atas’ di Persemakmuran telah mereda. Keanggotaan Control, tim dari dinas intelinjen yang bertanggung jawab atas kegiatan mematai-matai, yang sebelumnya berubah kembali ke semula.

Gambar 6. Ange dan Charlotte sewaktu kecil

Di percakapan yang dikutip di atas, Charlotte menyatakan dirinya adalah “penipu” dan ia hanya melanjutkan apa yang “temannya” dulu ingin perjuangkan. Ini merujuk ke identitas sebenarnya dari Ange dan Charlotte yang tertukar. Keduanya terlahir di keluarga yang berbeda, tetapi memiliki ciri-ciri fisik yang bisa dikatakan mirip sepenuhnya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ange* (* = yang asli) berasal dari keluarga buruh miskin, sedangkan Charlotte* berasal dari keluarga kerajaan. Sewaktu kecil, karena rasa ingin tahu akan sisi lain dari dunia mereka, Ange* mencoba menyelinap masuk istana sedangkan Charlotte* mencoba menyelinap keluar istana. Keduanya pertama kali bertemu ketika keduanya akan melewati sebuah celah kecil di Tembok yang memisahkan istana dengan dunia luar. Ange* dan Charlotte* terkejut melihat sebegitu miripnya mereka berdua. Mereka menjadi teman dekat kemudian.

Suatu hari, Charlotte* yang ingin pergi ke luar istana meminta untuk bertukar tempat antara dirinya dan Ange*. Charlotte* dikejutkan oleh kenyataan kehidupan rakyat jelata yang tidak pernah ia ketahui. Pada hari itu, kelas buruh yang marah karena kemiskinan sementara anggota kerajaan hidup mewah melakukan revolusi. Charlotte* segera berlari kembali ke istana untuk menemui Ange*. Mereka sempat bertemu sebentar sebelum keduanya terpisahkan. Ange* yang berada di sisi Kerajaan tidak punya pilihan selain memainkan peran sebagai putri sesempurna mungkin. Sedangkan Charlotte* nantinya diadopsi oleh Badan Intelijen Persemakmuran untuk dilatih menjadi mata-mata. Dalam kesempatan yang singkat sebelum terpisah, Charlotte* memberitahu Ange* apa yang ingin dia lakukan.

Charlotte*: “Ange. Aku akan menjadi Ratu. Aku mempelajari sesuatu saat bertukar tempat denganmu. Ada banyak dinding tak terlihat yang memisahkan semua orang. Aku akan menjadi Ratu, dan menghancurkan dinding itu. Lalu, Ange, kita bisa bersama selamanya!”

Ange:* “Itu sebuah mimpi yang indah.”

Charlotte*: Itu bukanlah mimpi! Aku pasti akan membuatnya terwujud. Aku berjanji. Jadi..” (sebuah serangan meriam menghantam dinding yang mana runtuhannya merusak struktur jalan dan menjebloskan Charlotte ke bawah tanah sedangkan Ange* yang dikira sebagai Putri Charlotte diselamatkan oleh tentara-tentara kerajaan yang mendatangi tempat peristiwa)

Persoalan identitas telah diselesaikan oleh keduanya ketika mereka bertemu kembali 10 tahun setelah Revolusi London. Ange menerima bahwa Ange* yang mewarisi keinginan dan harapan dari Charlotte* telah menjadi “Charlotte” yang asli dan Charlotte begitu senang mendengar apa yang ia usahakan selama ini mendapat pengakuan dari pemilik identitas yang sesungguhnya.

Aku tahu ini tidak berhubungan dengan cerita tetapi entah disengaja atau tidak, ini memiliki referensi ke transgender. Berdasarkan informasi dari orang yang memainkan mobile game-nya Princess Principal, pemain dapat memilih gender karakter Ange apakah laki-laki atau perempuan. Sementara Charlotte adalah perempuan, jika Ange adalah laki-laki, maka pertukaran identitas mereka juga melibatkan pergantian gender mereka.

Penutup: Akankah movie baru Princess Principal membawa penonton menjelajahi wacana politik kiri lebih dalam?

Princess Principal merupakan proyek animasi orisinal yang diproduksi oleh studio 3Hz dan dirilis pada tahun 2017. Princess Principal sejak awal bukanlah anime yang bercerita tentang perjuangan rakyat buruh, maka kemungkinannya jauh lebih kecil dari yang aku harapkan. Meskipun begitu, mempertimbangkan perkembangan cerita yang terakhir, dengan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang seperti digambarkan di atas, ada kemungkinan pengarang akan mencoba menggali lebih lanjut persoalan buruh. Apalagi, mengingat di seri animasi yang pertama ini, Princess Principal belum memberikan petunjuk sama sekali negara seperti apakah Persemakmuran. Apakah itu negara sosialis? Apakah nasib buruh di sana lebih baik dibanding di Kerajaan? Bagaimana hubungan kedua negara ini dengan negara-negara lain? (mengingat ada beberapa adegan singkat yang menyinggung hubungan diplomatik dengan negara lain)

One thought on “Anime Princess Principal dan Narasi Politik Kelas Buruh

Leave a comment